Pengaruh bubutan/kemiringan pully primer




















Gb: proses pengukuran kemiringan puli primery/ rumah roller

Pengaruh Kemiringan Pulley Matic - Pulley atau puli pada matic pasti memiliki derajat kemiringan. Fungsinya adalah sebagai pengatur rasio pada puli. Perubahan derajat pada puli pasti memberi efek. Berikut efek yang ditimbulkan pada perubahan derajat kemiringan puli matic.
  • Semakin besar derajat kemiringan puli, maka semakin ringan rasio nya. Ibarat pada gir motor bebek adalah menggunakan gir depan kecil. Putaran mesin cepat naik namun nafas cepat habis. Daya cengkram puli ke V-belt semakin kecil. Cocok untuk akselerasi.
  • Semakin kecil derajat kemiringan puli, maka semakin berat rasio nya. Ibarat pada gir motor bebek adalah menggunakan gir depan besar. Putaran mesin lambat naik, beban mesin besar, nafas diharapkan lebih panjang. Daya cengkram puli ke V-belt semakin besar. Cocok untuk top speed apabila power mesin besar.
standart kemiringan pada pully adalah 140 sedangkan yang bervariasi 13,5atau lebih kecil 0.50 dari yang asli pabrik.
sedikit penjelasan, ubahan pully standart agar responsif tidak boleh lebih dari 10, misalnya pully mio standartnya 140, kalau bisa turun menjadi 13dan jangan sampai 120, sebab jika lebih dari ukuran itu, pertemuan tapak pully dengan belt hanya sedikit dan  akan menyebabkan belt rawan slip.
mungkin itu saja yang dapat saya share untuk kali ini dan semoga bermanfaat, thank you very much
  

0 komentar:

CARA KERJA SISTAM PENGAPIAN DLI(DISTRIBUTOR LESS IGNITION)

SISTAM PENGAPIAN DLI(DISTRIBUTOR LESS IGNITION)

               Gbr: WIRING SISTAM PENGAPIAN DLI(DISTRIBUTOR LESS IGNITION)
Cara kerjanya:
Pada saar kunci kuntak ON arus mengalir dari baterai yang (+), menuju FL (Fuseble Link) dari situ langsung menuju Switch, dari Switch ke Fuse dan arus langsung terbagi menjadi 2:
Yang pertama, arus mengalir ke koil no 1 dan melewati kumparan primer dan masuk ke terminal C Transistor kemudian arus standby,
Yang kedua, arus mengalir dari coil nomor 2 dan melewati kumparan primer, dan arus masuk ke terminal C Transistor arus standby,
Pada saat stater, signal generator mendekati pick-up coil dan menghasilkan arus (+) dan arus yang mengalir ke ECU adalah arus (+) dan akan di teruskan ke IGT, dan terminal B Transistor mendapat arus positif dan transistor ON, terminal C dan E terhubung, dan mendapatkan massa, sehingga terjadi kemagnetan pada lilitan primer, begitu juga selanjutnya pada coil no 2.
Pada saat signal generator sejajar dengan pick-up coil:
Saat signal generator sejajar dengan pick-up coil akan menghasilkan tahanan 0, arus yang masuk ke ECU tidak ada sampai pada terminal B Transistor, sehingga Transistor jadi OFF, terminal E dan C terputus dan massa terputus secara tiba-tiba sehingga terjadi EMF1 ( 300-500 Volt) dan membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) sehingga mecari massa yang baru yaitu massa yang terdapat pada busi yang melewati kumparan sekunder, yang apabila dilalui akan terjadi EMF2 (± 20.000) dan arus akan mengalir ke masing-masing busi, sehingga busi memercikkan bunga api.

0 komentar:

CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN IIA ESA (Integreated Ignition Assembly)

SISTEM PENGAPIAN IIA ESA (Intergreated Ignition Assembly)



cara kerja sederhananya adalah sebagai berikut :

Gbr: WIRING SISTEM PENGAPIAN IIA ESA (Intergreated Ignition Assembly)
Cara kerjanya:
Pada saat kunci konta ON, arus mengalir dari (+) baterai mengalir ke FL (Fuseble Link), setelah itu menuju kunci kontak, dari kunci kontak langsung ke FUSE, dan masuk ke (+) koil, dari (+) koil arus akan terbagi menjadi 2:
Yang pertama, arus mengalir dari (+) koil masuk ke terminal B Igniter dan masuk ke VCC dan arus akan stanby.
Yang kedua, arus mengalir dari (+) koil masuk ke lilitan primer koil dan keluar melalui (-) koil langsung ke terminal C Igniter, arus langsung masuk ke terminal C Transistor kemudian arus standby.
Pada saat kunci kontak stater, arus (+) masuk ke stater dan langsung mendapatkan massa dan stater berputar sehingga memutarkan pulley dan memutarkan mesin, pada saat bersamaan signal NE dan signal G berputar dan mendekati PICK-UP coil dan menghasilkan arus AC dan menghasilkan arus (+), sehingga arus yang masuk ke ECU adalah arus (+), maka arus dari ECU masuk ke IGT, arus yang mengalir masih tetap arus positif hingga masuk ke VCC setelah itu arus mengalir ke terminal B Transistor dan Transistor ON, sehingga terminal C dan E akan terhubung, dan arus yang standby tadi akan mengalir ke terminal E dan mendapatkan massa, terjadilah kemagnetan pada lilitan primer.
Pada saat  signal NE dan E sejajar dengan Pick-Up koil:
Arus dari signal NE dan signal E sejajar dengan Pick-Up koil menghasilkan arus 0, arus yang masuk ke ECU pun tegangannya 0, hingga ke terminal B transistor, Transistor yang tadinya ON jadi Off, dan terminal E memutuskan massa secara tiba-tiba, pada saat itu pulalah terjadi EMF1 = 300-500 Volt, dan arus akan kembali ke koil kemudian ke kumparan primer, kemudian kembali ke (+) koil dan menuju ke kumparan sekunder dan pada saat itu terjadilah EMF2 ± 20.000 Volt pada lilitan sekunder dan dari kabel tegangan tinggi arus akan mengalir ke rotor dan rotor yang akan membagi-bagikan arus pada tiap-tiap busi dan busi akan mendaparkan massa, sehingga busi bisa memercikkan bunga api.


0 komentar:

CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR

SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR


cara kerja sederhananya adalah sebagai berikut :


Gbr: WIRING SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR
 Cara kerja:
Pada saat posisi ON, arus mengalir dari (+) baterai masuk ke FL (Fuseble link), lalu ke kunci kontak dan selanjutnya Fuse, setelah itu masuk ke (+) koil di bagi menjadi 2,
Yang pertama, dari (+) koil masuk ke terminal B pada Igniter dan melewati R1 dan R2 dan selanjutnya masuk ke terminal E dan mendapatkan massa, aruspun habis karena melewati kumparan-kumparan pada R1 dan R2.
Yang ke dua, arus mengalir dari lilitan primer dan keluar melalui terminal negatif menuju ke terminal C Igniter kemudian ke terminal C Transistor dan arus stanby, sehingga arus belum mendapatkan massa karena Transistor masih OFF.
Pada saat Stater: pada saat mendekati tegangan (+)
Pada saat stater, arus (+) masuk ke stater dan langsung mendapatkan massa dan stater berputar sehingga memutarkan pulley dan memutarkan mesin, maka signal rotor berputar, pada saat signal rotor mendekati pick-up coil maka akan terbangkit tegangan (+) dan akan mengalir ke terminal B Transistor, dan Transistor akan ON, maka terminal D dan E akan bersatu/terhubung dan mendapatkan massa, sehingga terbangkitlah kemagnetan pada lilitan primer.
Pada saat signal rotor dan pick-up coil sejajar :
Pada saat signal rotor dan pick-up coil sejajar maka tahanan nya 0, maka arus yang mengalir ke terminal B tidak ada, dan terminal C dan E  akan terputus/off, sehingga terminal E akan memutuskan massa secara tiba-tiba maka akan terjadi EMF1 = 300-500 Volt, setelah itu arus yang dibangkitkan tadi akan kembali ke terminal (-) koil, dan akan kembali ke kumparan primer dan menuju ke (+) koil, dan kemudian arus akan masuk ke kumparan sekunder dan terjadi EMF2 sehingga mambangkitkan arus tegangan tinggi  ± 20.000 Volt, dan tegangan yang sudah ± 20.000 Volt masuk ke rotor, dan rotor membagikan ke setiap busi menurut FO, dan busi dapat massa, dan busi langsung memercikkan bunga api.

0 komentar:

CARA KERJA PENGAPIAN MESIN KONVENSIONAL (Breaker Point)

CARA KERJA PENGAPIAN MESIN KONVENSIONAL (Breaker Point)



atau gambar sederhananya sebagai berikut :


Gbr: WIRING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL (BREAKER POINT)


 Cara kerja:
·         Pada saat posisi kunci kontak ON, arus mengalir dari positif baterai dan menuju FL (fuseble link), menuju kunci kontak/switch, dari kunci kontak menuju FUSE lalu masuk ke (+) koil, lalu dari (+) koil menuju ke lilitan primer, dan arus akan keluar dari (-) koil, kemudian dari (-) koil akan arus akan terbagi menjadi 2 :
Yang pertama, arus akan mengalir ke kapasitor dan langsung mendapatkan massa.
Yang kedua, arus masuk ke platina, pada saat platina tertutup, platina mendapatkan massa, dan lilitan primer terjadi kemagnetan.
·         Pada saat kunci kontak pada saat ST (stater), motor stater akan langsung mendapatkan arus positif dari baterai dan selanjutnya motor staterpun langsung mendapatkan massa, sehingga motor stater memutarkan pully mesin dan mesin berputar, dan pada saat yang bersamaan poros CAM distributor akan berputar dan platina membuka, maka platina akan melepaskan massa secara tiba-tiba dan terjadi (EMF1 = 300-500 Volt), kemudian tegangan tersebut mencari massa yang baru yaitu massa yang terdapat pada busi. Akibat GGL (Gaya Gerak Listrik), kemudian arus mengalir dari (-) koil menuju lilitan primer pada koil dan menuju (+) koil, dan dari positif koil langsung menuju lilitan sekunder  dan terjadilah Electro Motive Force (EMF2 = ± 20.000 Volt) yang keluar dari kabel tegangan tinggi dan masuk ke rotor dan rotor akan membagikan arus ke tiap busi menurut FO pada mesin bensin yaitu 1,3,4,2 dan busi mendapatkan massa, setelah itu barulah busi memercikkan bunga api .

0 komentar:

Copyright © 2013 Dunia Teknik