Apa itu system pengapian ???
Perubahan- perubahan ini akan mengakibatkan
perpotongan kepada garis gaya magnet (flux density), proses ini akan
mengakibatkan pembangkitan EMF ( tegangan) dalam pick –up coil.
Sistem pengapian merupakan suatu sistem yang
menghasilkan Spark (Percikan bunga api) melalui proses pembangkitan tegangan 12
volt baterai menjadi tegangan tinggi sehingga membuat busi bisa bekerja
memercikan bunga api yang baik untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di
ruang mesin antaranya
·
Campuran udara bahan bakar yang baik
·
Kompresi yang baik
·
Dan percikan
bunga api yang baik
Syarat-syarat dari
sistem pengapian yang baik yaitu:
a. Spark yang kuat
Pada
sistem pengapian , spark (percikan api) di hasilkan diantara
elektroda-elektroda busi dan untuk membakar campuran. Karena bahkan udara pun
memiliki resistansi terhadap listrik,ketika kompresi dengan kuat, puluhan ribu
volt harus dihasilkan untuk menjamin spark
yang cukup untuk memantik campuran
udara-bahan bakar.
b. Waktu pengapian yang baik
Sistem
pengapian harus memberikan waktu pengapian yang cukup setiap waktu untuk
mengakomodasi perubahan dalam kecepatan dan beban mesin.
c. Daya tahan yang cukup
Sistem
pengapian harus dapat memberikan kehandalan yang cukup untuk menahan getaran (vibrasi) dan panas yang dihasilkan oleh
mesin.
A. Bagaimana
Tegangan Tinggi Terbangkit
Medan
magnet bila diputuskan secara tiba-tiba maka akan menimbulkan induksi atau
terbangkitnya tegangan tinggi, yang disebut dengan EMF Elektromotif force.
Proses terjadinya induksi ,bila lilitan/kumparan dengan inti besi diberikan
tegangan positif dan negatif meka akan terbangkit medan magnet. Untuk
menghasilkan induksi maka medan magnet yang telah terbangkit pada lilitan harus
dihilangkan secara tiba-tiba. Proses ini akan terbangkit tegangan.
Dalam
sistem pengapian terdapat dua cara induksi :
a. Efek self-induction
Ketika saklar pada
diagram ditutup atau dibuka, gaya magnet pada kumparan berubah. Saat saklar
tertutup maka garis gaya megnet akan terbentuk pada kumparan, namun disaat
saklar dibuka arus akan terputus. proses ini mengakibatkan terbangkitnya garis
gaya listrik (EMF) pada kumparan. Seperti
ditunjukan pada gambar. Gaya ini akan terbentuk walaupun tidak ada arus
mengalir pada kumparan. Jadi varian gaya magnet yang terjadi akibat mengalirnya
atau berhentinya arus melalui kumparan menyebabkan kumparan yang sama dapat
menghasilkan gaya elektromotif. Proses ini akan terjadi pada satu kumparan dan
dapat membangkitkan tegangan sesuai jumlah kumparan tersebut. Fenomena ini
disebut efek self-induction. (induksi
sendiri).
b.
Matual
Induksi (Induksi bersama)
Dua buah kumparan di
pasang secara seri seperti terlihat pada diagram. ketika arus yang mengalir
melalui satu kumparan (kumparan primer) dirubah, gaya elektromotif akan
berbentuk pada kumparan yang lain (kumparan sekunder ), dengan arah yang dapat
mencegah gaya megnet pada kumparan primer untuk berubah. Fenomena ini disebut
efek mutual induksi atau induksi bersama. Pengubah voltase memfasilitasi efek
ini. Pengubah voltase, yang terdapat pada koil pengapian kendaraan, digunakan
untuk memberikan tegangan tinggi ke busi.
c.
Komponen
Dasar Sistem Pengapian
1. ignition coil
Ignition coil merupakan komponen yang
memiliki 2 lilitan dengan inti besi dan memilik terminal positif negatif serta
terminal tegangan tinggi, yang berfungsi untuk menaikkan tegangan dari 12 v DC
menjadi 20.000 v DC ±
Ciri- ciri lilitan Coil
a.
Lilitan Primary
Kawat tembaga dengan
diameter 0, 5- 1,0 mm
Jumlah lilitan 150 –
300 lilitan
·
Nilai Tahanan 1.35 – 2,09 ā¦
a. Lilitan
Sekunder
·
Lilitan kawat tembaga dengan diameter
yang lebih kecil yaitu 0, 05-0,1 mm
·
Jumlah lilitan yang sangat besar yaitu
15. 000- 30.000 lilitan
·
Nilai Tahanan 8.5- 14,5 Kā¦
Jadi perbandingan jumlah lilitan primer
koil dengan sekunder koil 1 : 100 sampai 1 : 200 koil mempunyai tiga terminal
yaitu terminal (+) dihubungkan ketrminal IG kontak, terminal (-) dihubungkan ke
kontak pemutus arus dan terminal tegangan tinggi dihubungkan ke busi atau tutup
distributor
Tipe Ignition coil yang menggunakan
Resistor internal dan eksternal.
Tipe coil dengan resistor internal memiliki 4
terminal : B+ , (+) , (-) dan terminal
tinggi. Untuk tipe ini resistor di pasang di dalam koil. Sedangkan untuk
tipe Coil Resistor Ekternal memiliki 3
terminal , (+) , (-) dan terminal tegangan tinggi. Resistor di pasang di luar
koil.
2. Distributor
Distributor merupakan salah satu
komponen pengapian yang berfungsi :
·
Sebagai rumah komponen- komponen sistem
pengapian
·
Mendistribusikan tegangan tinggi ke busi
Distributor memiliki beberapa tipe
a. Tipe
konventional, Untuk tipe ini komponen pengapian yang ada di dalam distributor seperti yang tercantum pada gambar dibawah ini:
b. Distributor
tipe IIA
Untuk distributor tioe ini komponen pengapian telah
di satukan dalam asatu unit distributor
c. Signal
Generator
Signal Generator berfungsi untuk
membangkitkan tegangan AC dan disalurkan ke transisitor di igniter untuk ON dan
off kan transistor.
Signal Generator terdiri dari :
·
Magnet Permanent
·
Pic-up coil.
·
Signal Rotor, signal rotor mempunyai
gigi-gigi sebanyak jumlah silinder.
Prinsip pembangkitan EMF
Garis gaya megnet (magnetic flux) dari magnet
permanen mengalir dari signal rotor melalui pick –up coil, di antara signal
rotor dan pick – up coil terdapat celah udara (gap) yang berubah- ubah sesuai
putaran dari signal rotor.
Proses pembangkitan
tegangan dapat di jelaskan sebagaiberikut :
A Signal rotor saling
menjauhi pick – up coil maka tegangan tidak terbangkit
B Signal rotor
mendekati pick- up coil maka akan terbangkit tegangan positif
C Signal rotor sejajar
dengan pick – up coil maka tegangan tidak terbangkit
D Signal rotor menjauhi
pick – up coil akan terbangkit tegangan negatif
d.Igniter
Igniter merupakan
komponen pengapian yang terdiri dari beberapa komponen elektronik berupa
transisitor, resistor dan komponen lain. Igniter berfungsi untuk memutus dan
menyambung arus dari lilitan primer ke massa secara elektronik. Pemasangan igniter
untuk sistem pengapian Full transistor di pasang terpisah dengan komponen
pengapian lain sedangkan untuk tipe pengapian IIA, igniter di pasang di dalam
distributor. Untuk sistem pengapian DLI dan DIS, igniter dipasang satu unit
dengan ignition coil.
cara kerja igniter.
Penjelasan Gambar.
Operation 1. pada gambar pertama arus mengalir belum bisa melewati transistor hanya arus mencari massa dengan melewati beberapa tahanan menuju massa, ini terjadi dikarenakan transistor belum mendapatkan tegangan dari signal generator ke terminal B (base transistor), sehingga transistor belum On. tegangan yang dibangkitkan oleh signal generator berkisat 0,6-1 VAC.
Pada Operation 2. transistor telah On disebabkan sinyal tegangan dari signal generator telah diberikan. dalam langkah kerja ini dapat kita perhatikan bahwa tegangan yang diberikan adalah tegangan positif AC karna transistor yang digunakan adalah PNP.Bila transistor On maka arus dari baterai ke lilitan primer dapat dilalui menuju massa, efeknya timbul kemagnetan di lilitan.
e. Busi
Tegangan tinggi yang
dibangkitkan di lilitan sekunder dari ignition
coil membuat busi dapat bekerja menghasilkan percikan (spark) di antara elektroda tengah dan ground dari busi untuk
menyulut campuran udara-bahan bakar yang terkomperensi dalam silinder.
a Busi Panas
b.Busi Dingin
Banyaknya panas yang
dihasilkan oleh busi bervariasi sesuai bentuk dan bahan busi.
Banyaknya panas yang
dihasilkan disebut heat range.
Busi yang menghasilkan
lebih banyak panas di sebut tipe dingin, karena businya sendiri dingin
Sedangkan busi yang
menghasilkan lebih banyak panas disebut tipe panas, karena panasnya ditahan.
Pada busi bercetak kode alfanumerik yang menggambarkan struktur dan
karakteristirknya. Kode berbeda sesuai dengan pembuatannya. Biasanya semakin
besar heat range-nya, tipenya adalah tipe dingin karena ia menghasilkan panas
dengan baik. Semakin kecil heat range-nya, tipenya adalah tipe dingin, karena
ia tidak menghasilkan panas dengan mudah.
Busi berfungsi baik
apabila suhu minimum pusat elektrodanya adalah antara suhu pembersihan 450oC
842oF) dan suhu pra pengapian 9500C (1,742oF).
petunjuk:
Head
range busi yang paling sesuai untuk kendaraan tertentu ditentukan oleh
modelnya, memasang busi dengan head range yang berbeda akan mengacaukan suhu
pembersihan dan pra pengapian, untuk mencegah masalah ini selalu gunakan busi
yang direkomendasikan. Menggunakkan busi dingin ketika mesin bekerja dalam
kondisi kecepatan rendah dan beban ringan akan mengurangi suhu elektroda dan
menyebabkan mesin tidak bekerja dengan baik. Menggunakan busi panas ketika
mesin bekerja dalam kondisi kecepatan tinggi dan beban berat akan signifikan
meningkatkan suhu elektroda, menyebabkan elektroda meleleh.
Efek
Temperatur pembersihan sendiri
Ketika
busi mencapai suhu tertentu, busi itu akan membakar karbon yang berakumulasi di
daerah pengapian selama pengapian. Untuk menjaga kebersihan area pengapian pada busi. Suhu ini disebut
temperatur pembersihan sendiri
(self-cleaning temperature). Efek pembersihan busi terasa ketika suhu
elektroda melampaui 45oC (842oF). Apabila suhu
pembersihan belum dicapai, artinya suhu elektroda di bawah 450oC
(842oF). Karbon mengumpul di area pengapian busi. Ini dapt
menyebabkan kegagalan pengapian.
Busi
Berujung Plattinum/Iridium
Pada busi berujung
platinum dan iridium, elektroda tengah dan elektroda massa di seberangnya di
lapisi tipis platinum atau iridium. Karenanya, busi ini memiliki usia pakai
yang lebih baik dibanding busi Konvensional . Karena platinum dan iridium tahan aus, elektroda tengah busi ini dapat
dibuat berukuran kecil dan memiliki performa baik.
Busi
berujung platinum, platinum dilaskan ke ujung elektoda
tengah dan elektroda ground. Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi
konvensional. Sedangkan
Busi
Berujung Iridium, iridium (yang lebih tahan arus dibandingkan platinum)
dilaskan pada ujung elektroda tengah, dan platinum dilaskan pada elektroda
massanya. Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi berujung platinum.
Busi- busi platinum dan
iridium harus di ganti pada interval tertentu dan busi ini tidak memerlukan
penyetelan gap atau pembersihan antar jangka waktu penggantian bila mesin
bekerja dengan baik.
Interval penggantian
busi- busi platinum dan iridium : setiap 100,000 sampai 240.000 km I tergantung
model kendaraan, spesifikasi mesin, dan area penggunaan. Untuk mencegah kerusakan
elektroda. Dan menghambat busi dari fungsi optimal. Tetapi, bila elektroda
berdebu atau sangat kotor, busi bisa dibersihkan sebentar (maksimal 20 detik)
di dalam pembersih busi. Celah busi tidak usah disesuaikan kecuali bila di
pasang sebagai busi baru.
Mengenal Celah busi
Untuk menciptakan
percikan bunga api yang baik maka celah / gap harus disetel sesuai dengan
standart mesin tersebut. Untuk mesin yang masih menggunakan karburator dalam
penyuplaian bahan bakar maka celah businya 0,8mm, sedangkan untuk mesin yang
berteknologi EFI celah businya adalah 1,1 mm.
Tipe- tipe Pengapian
kalau teman-teman mau lihat cara kerjanya, teman-teman dapat meng-klik link tersebut.
MUNGKIN INI DULU YANG DAPAT SAYA BAGIKAN TENTAN G SYSTEM PENGAPIAN UNTUK TEMAN-TEMAN, SEMOGA BERMANFAAT BAGI PENGEMBANGAN ILMU TENTANG TEKNOLOGI OTOMOTIF.
THANK YOU VERY MUCH
Langganan:
Postingan (Atom)