Apa itu system pengapian ???
Perubahan- perubahan ini akan mengakibatkan
perpotongan kepada garis gaya magnet (flux density), proses ini akan
mengakibatkan pembangkitan EMF ( tegangan) dalam pick –up coil.
Sistem pengapian merupakan suatu sistem yang
menghasilkan Spark (Percikan bunga api) melalui proses pembangkitan tegangan 12
volt baterai menjadi tegangan tinggi sehingga membuat busi bisa bekerja
memercikan bunga api yang baik untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di
ruang mesin antaranya
·
Campuran udara bahan bakar yang baik
·
Kompresi yang baik
·
Dan percikan
bunga api yang baik
Syarat-syarat dari
sistem pengapian yang baik yaitu:
a. Spark yang kuat
Pada
sistem pengapian , spark (percikan api) di hasilkan diantara
elektroda-elektroda busi dan untuk membakar campuran. Karena bahkan udara pun
memiliki resistansi terhadap listrik,ketika kompresi dengan kuat, puluhan ribu
volt harus dihasilkan untuk menjamin spark
yang cukup untuk memantik campuran
udara-bahan bakar.
b. Waktu pengapian yang baik
Sistem
pengapian harus memberikan waktu pengapian yang cukup setiap waktu untuk
mengakomodasi perubahan dalam kecepatan dan beban mesin.
c. Daya tahan yang cukup
Sistem
pengapian harus dapat memberikan kehandalan yang cukup untuk menahan getaran (vibrasi) dan panas yang dihasilkan oleh
mesin.
A. Bagaimana
Tegangan Tinggi Terbangkit
Medan
magnet bila diputuskan secara tiba-tiba maka akan menimbulkan induksi atau
terbangkitnya tegangan tinggi, yang disebut dengan EMF Elektromotif force.
Proses terjadinya induksi ,bila lilitan/kumparan dengan inti besi diberikan
tegangan positif dan negatif meka akan terbangkit medan magnet. Untuk
menghasilkan induksi maka medan magnet yang telah terbangkit pada lilitan harus
dihilangkan secara tiba-tiba. Proses ini akan terbangkit tegangan.
Dalam
sistem pengapian terdapat dua cara induksi :
a. Efek self-induction
Ketika saklar pada
diagram ditutup atau dibuka, gaya magnet pada kumparan berubah. Saat saklar
tertutup maka garis gaya megnet akan terbentuk pada kumparan, namun disaat
saklar dibuka arus akan terputus. proses ini mengakibatkan terbangkitnya garis
gaya listrik (EMF) pada kumparan. Seperti
ditunjukan pada gambar. Gaya ini akan terbentuk walaupun tidak ada arus
mengalir pada kumparan. Jadi varian gaya magnet yang terjadi akibat mengalirnya
atau berhentinya arus melalui kumparan menyebabkan kumparan yang sama dapat
menghasilkan gaya elektromotif. Proses ini akan terjadi pada satu kumparan dan
dapat membangkitkan tegangan sesuai jumlah kumparan tersebut. Fenomena ini
disebut efek self-induction. (induksi
sendiri).
b.
Matual
Induksi (Induksi bersama)
Dua buah kumparan di
pasang secara seri seperti terlihat pada diagram. ketika arus yang mengalir
melalui satu kumparan (kumparan primer) dirubah, gaya elektromotif akan
berbentuk pada kumparan yang lain (kumparan sekunder ), dengan arah yang dapat
mencegah gaya megnet pada kumparan primer untuk berubah. Fenomena ini disebut
efek mutual induksi atau induksi bersama. Pengubah voltase memfasilitasi efek
ini. Pengubah voltase, yang terdapat pada koil pengapian kendaraan, digunakan
untuk memberikan tegangan tinggi ke busi.
c.
Komponen
Dasar Sistem Pengapian
1. ignition coil
Ignition coil merupakan komponen yang
memiliki 2 lilitan dengan inti besi dan memilik terminal positif negatif serta
terminal tegangan tinggi, yang berfungsi untuk menaikkan tegangan dari 12 v DC
menjadi 20.000 v DC ±
Ciri- ciri lilitan Coil
a.
Lilitan Primary
Kawat tembaga dengan
diameter 0, 5- 1,0 mm
Jumlah lilitan 150 –
300 lilitan
·
Nilai Tahanan 1.35 – 2,09 ā¦
a. Lilitan
Sekunder
·
Lilitan kawat tembaga dengan diameter
yang lebih kecil yaitu 0, 05-0,1 mm
·
Jumlah lilitan yang sangat besar yaitu
15. 000- 30.000 lilitan
·
Nilai Tahanan 8.5- 14,5 Kā¦
Jadi perbandingan jumlah lilitan primer
koil dengan sekunder koil 1 : 100 sampai 1 : 200 koil mempunyai tiga terminal
yaitu terminal (+) dihubungkan ketrminal IG kontak, terminal (-) dihubungkan ke
kontak pemutus arus dan terminal tegangan tinggi dihubungkan ke busi atau tutup
distributor
Tipe Ignition coil yang menggunakan
Resistor internal dan eksternal.
Tipe coil dengan resistor internal memiliki 4
terminal : B+ , (+) , (-) dan terminal
tinggi. Untuk tipe ini resistor di pasang di dalam koil. Sedangkan untuk
tipe Coil Resistor Ekternal memiliki 3
terminal , (+) , (-) dan terminal tegangan tinggi. Resistor di pasang di luar
koil.
2. Distributor
Distributor merupakan salah satu
komponen pengapian yang berfungsi :
·
Sebagai rumah komponen- komponen sistem
pengapian
·
Mendistribusikan tegangan tinggi ke busi
Distributor memiliki beberapa tipe
a. Tipe
konventional, Untuk tipe ini komponen pengapian yang ada di dalam distributor seperti yang tercantum pada gambar dibawah ini:
b. Distributor
tipe IIA
Untuk distributor tioe ini komponen pengapian telah
di satukan dalam asatu unit distributor
c. Signal
Generator
Signal Generator berfungsi untuk
membangkitkan tegangan AC dan disalurkan ke transisitor di igniter untuk ON dan
off kan transistor.
Signal Generator terdiri dari :
·
Magnet Permanent
·
Pic-up coil.
·
Signal Rotor, signal rotor mempunyai
gigi-gigi sebanyak jumlah silinder.
Prinsip pembangkitan EMF
Garis gaya megnet (magnetic flux) dari magnet
permanen mengalir dari signal rotor melalui pick –up coil, di antara signal
rotor dan pick – up coil terdapat celah udara (gap) yang berubah- ubah sesuai
putaran dari signal rotor.
Proses pembangkitan
tegangan dapat di jelaskan sebagaiberikut :
A Signal rotor saling
menjauhi pick – up coil maka tegangan tidak terbangkit
B Signal rotor
mendekati pick- up coil maka akan terbangkit tegangan positif
C Signal rotor sejajar
dengan pick – up coil maka tegangan tidak terbangkit
D Signal rotor menjauhi
pick – up coil akan terbangkit tegangan negatif
d.Igniter
Igniter merupakan
komponen pengapian yang terdiri dari beberapa komponen elektronik berupa
transisitor, resistor dan komponen lain. Igniter berfungsi untuk memutus dan
menyambung arus dari lilitan primer ke massa secara elektronik. Pemasangan igniter
untuk sistem pengapian Full transistor di pasang terpisah dengan komponen
pengapian lain sedangkan untuk tipe pengapian IIA, igniter di pasang di dalam
distributor. Untuk sistem pengapian DLI dan DIS, igniter dipasang satu unit
dengan ignition coil.
cara kerja igniter.
Penjelasan Gambar.
Operation 1. pada gambar pertama arus mengalir belum bisa melewati transistor hanya arus mencari massa dengan melewati beberapa tahanan menuju massa, ini terjadi dikarenakan transistor belum mendapatkan tegangan dari signal generator ke terminal B (base transistor), sehingga transistor belum On. tegangan yang dibangkitkan oleh signal generator berkisat 0,6-1 VAC.
Pada Operation 2. transistor telah On disebabkan sinyal tegangan dari signal generator telah diberikan. dalam langkah kerja ini dapat kita perhatikan bahwa tegangan yang diberikan adalah tegangan positif AC karna transistor yang digunakan adalah PNP.Bila transistor On maka arus dari baterai ke lilitan primer dapat dilalui menuju massa, efeknya timbul kemagnetan di lilitan.
e. Busi
Tegangan tinggi yang
dibangkitkan di lilitan sekunder dari ignition
coil membuat busi dapat bekerja menghasilkan percikan (spark) di antara elektroda tengah dan ground dari busi untuk
menyulut campuran udara-bahan bakar yang terkomperensi dalam silinder.
a Busi Panas
b.Busi Dingin
Banyaknya panas yang
dihasilkan oleh busi bervariasi sesuai bentuk dan bahan busi.
Banyaknya panas yang
dihasilkan disebut heat range.
Busi yang menghasilkan
lebih banyak panas di sebut tipe dingin, karena businya sendiri dingin
Sedangkan busi yang
menghasilkan lebih banyak panas disebut tipe panas, karena panasnya ditahan.
Pada busi bercetak kode alfanumerik yang menggambarkan struktur dan
karakteristirknya. Kode berbeda sesuai dengan pembuatannya. Biasanya semakin
besar heat range-nya, tipenya adalah tipe dingin karena ia menghasilkan panas
dengan baik. Semakin kecil heat range-nya, tipenya adalah tipe dingin, karena
ia tidak menghasilkan panas dengan mudah.
Busi berfungsi baik
apabila suhu minimum pusat elektrodanya adalah antara suhu pembersihan 450oC
842oF) dan suhu pra pengapian 9500C (1,742oF).
petunjuk:
Head
range busi yang paling sesuai untuk kendaraan tertentu ditentukan oleh
modelnya, memasang busi dengan head range yang berbeda akan mengacaukan suhu
pembersihan dan pra pengapian, untuk mencegah masalah ini selalu gunakan busi
yang direkomendasikan. Menggunakkan busi dingin ketika mesin bekerja dalam
kondisi kecepatan rendah dan beban ringan akan mengurangi suhu elektroda dan
menyebabkan mesin tidak bekerja dengan baik. Menggunakan busi panas ketika
mesin bekerja dalam kondisi kecepatan tinggi dan beban berat akan signifikan
meningkatkan suhu elektroda, menyebabkan elektroda meleleh.
Efek
Temperatur pembersihan sendiri
Ketika
busi mencapai suhu tertentu, busi itu akan membakar karbon yang berakumulasi di
daerah pengapian selama pengapian. Untuk menjaga kebersihan area pengapian pada busi. Suhu ini disebut
temperatur pembersihan sendiri
(self-cleaning temperature). Efek pembersihan busi terasa ketika suhu
elektroda melampaui 45oC (842oF). Apabila suhu
pembersihan belum dicapai, artinya suhu elektroda di bawah 450oC
(842oF). Karbon mengumpul di area pengapian busi. Ini dapt
menyebabkan kegagalan pengapian.
Busi
Berujung Plattinum/Iridium
Pada busi berujung
platinum dan iridium, elektroda tengah dan elektroda massa di seberangnya di
lapisi tipis platinum atau iridium. Karenanya, busi ini memiliki usia pakai
yang lebih baik dibanding busi Konvensional . Karena platinum dan iridium tahan aus, elektroda tengah busi ini dapat
dibuat berukuran kecil dan memiliki performa baik.
Busi
berujung platinum, platinum dilaskan ke ujung elektoda
tengah dan elektroda ground. Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi
konvensional. Sedangkan
Busi
Berujung Iridium, iridium (yang lebih tahan arus dibandingkan platinum)
dilaskan pada ujung elektroda tengah, dan platinum dilaskan pada elektroda
massanya. Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi berujung platinum.
Busi- busi platinum dan
iridium harus di ganti pada interval tertentu dan busi ini tidak memerlukan
penyetelan gap atau pembersihan antar jangka waktu penggantian bila mesin
bekerja dengan baik.
Interval penggantian
busi- busi platinum dan iridium : setiap 100,000 sampai 240.000 km I tergantung
model kendaraan, spesifikasi mesin, dan area penggunaan. Untuk mencegah kerusakan
elektroda. Dan menghambat busi dari fungsi optimal. Tetapi, bila elektroda
berdebu atau sangat kotor, busi bisa dibersihkan sebentar (maksimal 20 detik)
di dalam pembersih busi. Celah busi tidak usah disesuaikan kecuali bila di
pasang sebagai busi baru.
Mengenal Celah busi
Untuk menciptakan
percikan bunga api yang baik maka celah / gap harus disetel sesuai dengan
standart mesin tersebut. Untuk mesin yang masih menggunakan karburator dalam
penyuplaian bahan bakar maka celah businya 0,8mm, sedangkan untuk mesin yang
berteknologi EFI celah businya adalah 1,1 mm.
Tipe- tipe Pengapian
kalau teman-teman mau lihat cara kerjanya, teman-teman dapat meng-klik link tersebut.
MUNGKIN INI DULU YANG DAPAT SAYA BAGIKAN TENTAN G SYSTEM PENGAPIAN UNTUK TEMAN-TEMAN, SEMOGA BERMANFAAT BAGI PENGEMBANGAN ILMU TENTANG TEKNOLOGI OTOMOTIF.
THANK YOU VERY MUCH
Gambar : Multi Meter/Avo Meter
Mengenal
Alat Ukur
Di dalam materi ini saya akan menyajikan
materi tentang Alat ukur AVO meter/Multimeter , untuk proses kerja kelistrikan
AVO meter sangat diperlukan dalam hal pemeriksaan tegangan, tahanan serta
hubungan di rangkaikan listrik. Multi meter merupakan alat sistem kelistrikan
yang mempunyai multi fungsi yaitu untuk :
1) Mengukur
arus atau Amper meter
2) Mengukur
tegangan atau Volt meter
3) Mengukur
tahanan atau ohm meter
Karena kemampuan sebagai Amper meter
(A), Volt dan ohm meter (O) maka alat ini juga sering disebut AVO meter. Model
multi meter yang banyak digunakan ada 2 yaitu :
·
Tipe analog
·
Tipe digital
Model analog menggunakan jarum penunjuk,
sedangkan model digital langsung menunjukan angka hasil pengukuran. Multi meter
analog merupakan multi meter dengan penunjukan jarum ukur, multi meter jenis ini
pada saat ini banyak digunakan karena harganya lebih murah, namun pembacaan hasil
ukur lebih sulit karena sekalaukur pada display cukup banyak.
Menggunakan multi meter
Analog mengukur tegangan
a. Mengukur
tegangan DC
Baterai merupakan salah satu sumber
listrik tegangan DC. Besar tegangan DC yang mampu diukur adalah 0-500 Volt DC.
Posisi pengukuran terdiri dari 2,5 V, 10 V, 25 V, 50 V dan 500 V. Sebelum menggunakan
volt meter untuk mengukur arus listrik perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
· Pastikan bahwa tegangan yang di ukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih, misalnya mengukur tegangan baterai 12V DC maka pilih range skala 25 atau 50 V DC.
· Pastikan bahwa tegangan yang di ukur lebih rendah dari skala ukur yang dipilih, misalnya mengukur tegangan baterai 12V DC maka pilih range skala 25 atau 50 V DC.
·
Pada rangkaian adalah secara paralel,
pengukuran secara seri dapat menyebabkan multimeter terbakar.
Ć Langakah
mengukur tegangan baterai pada rangkaian
a) Putar
selector ukur kearah 25 V DC, kalau multiteser tidak ada nilai 25 V DC maka
arahkan selector pada nilai 50V DC
b) Hubungkan
Probe (+) ke tegangan (+) dan probe (-) ke tegangan (-).
c) Baca
hasil pengukuran pada skala diangka maksimal sesuai dengan arah selector.
b. Mengukur
tegangan AC
Multi meter mampu mengukur tegangan AC
sebesar 0-1000 Volt. Nilai angka pengukuran di range dan skala terdiri dari 10
V, 25 V, 50 V dan 100 V. Sebelum menggunakan Volt meter untuk mengukur tegangan
AC perlu diperhatikan bebrapa hal sebagai berikut :
1) Pastikan
bahwa tegangan yang diukur lebih rendah dari skala ukur yang di pilih, misal
mengukur tegangan listrik sebesar 220 V maka pilih skala 250V AC.
2) Karena
arus Acbolak balik maka probe (+) dan
(-) dapat diarahkan secara paralel.
Ć Langkah
mengukur tegangan AC.
a) Arahkan
selektor range AC kearah 250 V AC
b) Hubungkan
probe (+) dan (-) secara paralel, yaitu memasukan probe merah (+) dan probe
hitam (-) pada sumber tegangan AC
c) Baca
hasil pengukuran pada angka maksimal diskala sesuai arah nilai selector
dirange.
Mengukur tahanan
Sebelum menggunakan ohm meter untuk
mengukur tahanan perlu diperhatikan bebrapa hal sebagai berikut :
1) Pastikan
bahwa tahanan yang diukur dalm rentang pengukuran efektif tahanan yang diukur,
misal mengukur tahanan 220 ā¦ maka pilih skala I X, tahanan 800 ā¦ menggunakan 10
X, tahanan 8 K ā¦ menggunakan I x IK
2) Kalibrasi
alat ukur sebelum digunakan, dengan cara menghubungkan singkat probe (+) dan
probe (-), posisikan jarum/pointer ke nilai 0 (nol).
3) Pengukuran
tidak boleh pada rangkaian uyang dialiri listrik, jadi matikan sumber dan lepas
komponen saat melakukan pengukuran.
Ć Langkah
mengukur tahanan
a) Arahkan
selektor ke Range Ohm
b) Lakukan
kalibrasi sebelum mengukur
c) Hubungkan
probe (+) dan (-) ke objek yang kan diukur
d) Baca
nilai di skala sesuai arah jarum dan kalikan dengan nilai di range sesuai
dengan arah selector
Multi Meter Digital
Multi
meter digital pada saat ini lebih banyak digunakan karena hasil lebih akurat
dan pembacaan lebih muda. Cara menggunakan multimeter digital sama dengan multi
meter analog.
Ć Cara
mengukur, Kontinuitis, Tegangan Arus dan Tahanan.Dan dioda menggunakan Multimeter Digital.
- Mengukur Kontinuitas
Arahkan Selektor ke range continuity (ohm) Cermatilah bahwa layar
menampilan “ saat itu. Jika tampil, tekan switch pemilik mode ā¦ untuk mengubah
tester ke mode continuity) Hubungkan probe (+) dan probe (-) ke sirkuit yang
akan di test. Bunyi dengung ( buzzer)
akan terdengar bila sirkuit memiliki kontinuitas
- Mengukur Tegangan
Untuk mengukur tegangan berbagai macam
tipe baterai, peralatan kelistrikan, sirkuit transistor, voltase dan penurunan
voltase dalam sirkuit.
Metode pengukuran
Arahkan Selektor ke Range VDC, Hubungkan
probe (+) ke terminal positif dan probe
(-) ke terminal negatif objek yang di ukur, baca hasil pengukuran.
- Mengukur Arus Searah
Mengukur pemakaian kuat arus pada alat
yang menggunakanarus listrik searah (DC). Metode pengukuran : Arahkan Selektor
pada Range pengukuran kuat arus, Hubungkan probe positif pada objek yang akan
diukur. Untuk mengukur kuat arus pada sirkuit, maka ammeter harus dihubungkan
secara seri pada sirkuit itu. Selanjutnya, bidang yang telah dipisahkan
dihubungkan dengan salah satu colokan kabel penguji. Hubungkan probe positif ke
sisi yang memilliki potensial lebih tinggi dan probe negatif pada bagian dengan
potensial lebih rendah. bacalah hasilnya.
- Mengukur Tahanan
Untuk mengukur hambatan dari resistor.
Kontinuitas sirkuit, sirkuit hubungan pendek (0 ā¦), dan sirkuit terbuka (tak
terhingga ∞ ā¦). Setel switch pemilih
fungsi untuk resistance/continuity. ( bila penampilan menunjukkan " " saat ini, tester sedang melakukan mode pengujian kontinuitas. Maka selanjutnya tekan switch pemilih mode warna biru
ā¦/ untuk mengubah tester ke mode pemeriksaan resistan). Kemudian letakkan colokan kebel penguji ke setiap ujung resistor atau koil untuk mengukur hambatannya. yakinkan tidak ada voltase dalam resistor saat itu. Dioda tidak bisa di ukur dalam ranah ini karena voltase yang dipakai rendah.
- Mengukur Dioda
Ubah switch pemilih fungsi ke mode pengujian dioda. Periksa kontinuitas
dalam dua arah. Jika dioda memiliki kontinuitas dalam satu arah dan tidak ada
kontinuitas ketika colokan penguji di pertukarkan maka dioda dikatakan normal. Jika terdapat kontinuitas dalam dua
arah, berarti dioda itu telah terhubung pendek. lain lagi bila tidak memiliki kontinuitas dalam dua arah, berarti diode tersebut mengalami sirkuit terbuka ( Open Circuit)
Cara mengetahui area kerusakan
atau sirkuit yang terputus.
Fungsi
dari sekering adalah untuk mencegah kabel atau peralatan rusak dengan membuka sirkuit sebagai akibat dari
panas atau maleleh ketika aliran arus listrik yang melaluinya berlebihan. Kejadian ini, dapat di asumsikan bahwa terdapat arus listrik mengalir berlebihan yang melalui rangkaian tersebut.
Karena
ini adalah sirkuit DC dimana voltase-nya terjaga konstan, maka ada kemungkinan
terjadi hubung pendek (korsleting) antara kabel set dengan ground yang
menyebabkan arus listrik mengalir berlebihan. Dari pengukuran resistansi antara konektor dan ground,
terdeteksi 0 ā¦ pada konektor B. Ini menunjukan bahwa konektor B telah terhubung
pendek ke ground, yang menyebabkan arus listrik mengalir berlebihan melalui
rangkaian ini.
jangan lupa lihat juga artikel saya tentang cara mudah belajar mesin EFI
SEKIAN DULU ARTIKEL YANG SAYA BAGIKAN INI, DAN SEMOGA BERMANFAAT UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN KITA TENTANG DUNIA OTOMOTIF.
Gb: proses pengukuran kemiringan puli primery/ rumah roller
Pengaruh Kemiringan Pulley Matic - Pulley atau puli pada matic pasti memiliki derajat kemiringan. Fungsinya adalah sebagai pengatur rasio pada puli. Perubahan derajat pada puli pasti memberi efek. Berikut efek yang ditimbulkan pada perubahan derajat kemiringan puli matic.
- Semakin besar derajat kemiringan puli, maka semakin ringan rasio nya. Ibarat pada gir motor bebek adalah menggunakan gir depan kecil. Putaran mesin cepat naik namun nafas cepat habis. Daya cengkram puli ke V-belt semakin kecil. Cocok untuk akselerasi.
- Semakin kecil derajat kemiringan puli, maka semakin berat rasio nya. Ibarat pada gir motor bebek adalah menggunakan gir depan besar. Putaran mesin lambat naik, beban mesin besar, nafas diharapkan lebih panjang. Daya cengkram puli ke V-belt semakin besar. Cocok untuk top speed apabila power mesin besar.
standart kemiringan pada pully adalah 140 sedangkan yang bervariasi 13,50 atau lebih kecil 0.50 dari yang asli pabrik.
sedikit penjelasan, ubahan pully standart agar responsif tidak boleh lebih dari 10, misalnya pully mio standartnya 140, kalau bisa turun menjadi 130 dan jangan sampai 120, sebab jika lebih dari ukuran itu, pertemuan tapak pully dengan belt hanya sedikit dan akan menyebabkan belt rawan slip.
mungkin itu saja yang dapat saya share untuk kali ini dan semoga bermanfaat, thank you very much
SISTAM PENGAPIAN DLI(DISTRIBUTOR LESS IGNITION)
Gbr: WIRING SISTAM PENGAPIAN DLI(DISTRIBUTOR LESS IGNITION)
Cara kerjanya:
Pada saar kunci kuntak ON arus mengalir dari baterai
yang (+), menuju FL (Fuseble Link) dari situ langsung menuju Switch, dari
Switch ke Fuse dan arus langsung terbagi menjadi 2:
Yang pertama, arus mengalir ke koil no 1 dan
melewati kumparan primer dan masuk ke terminal C Transistor kemudian arus
standby,
Yang kedua, arus mengalir dari coil nomor 2 dan
melewati kumparan primer, dan arus masuk ke terminal C Transistor arus standby,
Pada saat stater, signal generator mendekati pick-up
coil dan menghasilkan arus (+) dan arus yang mengalir ke ECU adalah arus (+)
dan akan di teruskan ke IGT, dan terminal B Transistor mendapat arus positif
dan transistor ON, terminal C dan E terhubung, dan mendapatkan massa, sehingga
terjadi kemagnetan pada lilitan primer, begitu juga selanjutnya pada coil no 2.
Pada saat signal generator sejajar dengan pick-up
coil:
Saat signal generator sejajar dengan pick-up coil
akan menghasilkan tahanan 0, arus yang masuk ke ECU tidak ada sampai pada
terminal B Transistor, sehingga Transistor jadi OFF, terminal E dan C terputus
dan massa terputus secara tiba-tiba sehingga terjadi EMF1 ( 300-500
Volt) dan membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) sehingga mecari massa yang
baru yaitu massa yang terdapat pada busi yang melewati kumparan sekunder, yang
apabila dilalui akan terjadi EMF2 (± 20.000) dan arus akan mengalir ke
masing-masing busi, sehingga busi memercikkan bunga api.
SISTEM PENGAPIAN IIA ESA (Intergreated Ignition Assembly)
cara kerja sederhananya adalah sebagai berikut :
Gbr: WIRING SISTEM PENGAPIAN IIA ESA (Intergreated
Ignition Assembly)
Cara kerjanya:
Pada saat kunci konta ON, arus mengalir dari (+)
baterai mengalir ke FL (Fuseble Link), setelah itu menuju kunci kontak, dari
kunci kontak langsung ke FUSE, dan masuk ke (+) koil, dari (+) koil arus akan
terbagi menjadi 2:
Yang pertama, arus mengalir dari (+) koil masuk ke
terminal B Igniter dan masuk ke VCC dan arus akan stanby.
Yang kedua, arus mengalir dari (+) koil masuk ke
lilitan primer koil dan keluar melalui (-) koil langsung ke terminal C Igniter,
arus langsung masuk ke terminal C Transistor kemudian arus standby.
Pada saat kunci kontak stater, arus (+) masuk ke
stater dan langsung mendapatkan massa dan stater berputar sehingga memutarkan
pulley dan memutarkan mesin, pada saat bersamaan signal NE dan signal G
berputar dan mendekati PICK-UP coil dan menghasilkan arus AC dan menghasilkan
arus (+), sehingga arus yang masuk ke ECU adalah arus (+), maka arus dari ECU
masuk ke IGT, arus yang mengalir masih tetap arus positif hingga masuk ke VCC
setelah itu arus mengalir ke terminal B Transistor dan Transistor ON, sehingga
terminal C dan E akan terhubung, dan arus yang standby tadi akan mengalir ke
terminal E dan mendapatkan massa, terjadilah kemagnetan pada lilitan primer.
Pada saat
signal NE dan E sejajar dengan Pick-Up koil:
Arus dari signal NE dan signal E sejajar dengan
Pick-Up koil menghasilkan arus 0, arus yang masuk ke ECU pun tegangannya 0,
hingga ke terminal B transistor, Transistor yang tadinya ON jadi Off, dan
terminal E memutuskan massa secara tiba-tiba, pada saat itu pulalah terjadi EMF1
= 300-500 Volt, dan arus akan kembali ke koil kemudian ke kumparan primer,
kemudian kembali ke (+) koil dan menuju ke kumparan sekunder dan pada saat itu
terjadilah EMF2 ± 20.000 Volt pada lilitan sekunder dan dari kabel
tegangan tinggi arus akan mengalir ke rotor dan rotor yang akan membagi-bagikan
arus pada tiap-tiap busi dan busi akan mendaparkan massa, sehingga busi bisa
memercikkan bunga api.
SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR
cara kerja sederhananya adalah sebagai berikut :
Gbr: WIRING
SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR
Cara kerja:
Pada saat posisi ON, arus mengalir dari (+) baterai
masuk ke FL (Fuseble link), lalu ke kunci kontak dan selanjutnya Fuse, setelah
itu masuk ke (+) koil di bagi menjadi 2,
Yang pertama, dari (+) koil masuk ke terminal B pada
Igniter dan melewati R1 dan R2 dan selanjutnya masuk ke
terminal E dan mendapatkan massa, aruspun habis karena melewati
kumparan-kumparan pada R1 dan R2.
Yang ke dua, arus mengalir dari lilitan primer dan
keluar melalui terminal negatif menuju ke terminal C Igniter kemudian ke
terminal C Transistor dan arus stanby, sehingga arus belum mendapatkan massa
karena Transistor masih OFF.
Pada saat Stater: pada saat mendekati tegangan (+)
Pada saat stater, arus (+) masuk ke stater dan
langsung mendapatkan massa dan stater berputar sehingga memutarkan pulley dan
memutarkan mesin, maka signal rotor berputar, pada saat signal rotor mendekati
pick-up coil maka akan terbangkit tegangan (+) dan akan mengalir ke terminal B
Transistor, dan Transistor akan ON, maka terminal D dan E akan
bersatu/terhubung dan mendapatkan massa, sehingga terbangkitlah kemagnetan pada
lilitan primer.
Pada saat signal rotor dan pick-up coil sejajar :
Pada saat signal rotor dan pick-up coil sejajar maka
tahanan nya 0, maka arus yang mengalir ke terminal B tidak ada, dan terminal C
dan E akan terputus/off, sehingga
terminal E akan memutuskan massa secara tiba-tiba maka akan terjadi EMF1 =
300-500 Volt, setelah itu arus yang dibangkitkan tadi akan kembali ke terminal
(-) koil, dan akan kembali ke kumparan primer dan menuju ke (+) koil, dan kemudian
arus akan masuk ke kumparan sekunder dan terjadi EMF2 sehingga
mambangkitkan arus tegangan tinggi ±
20.000 Volt, dan tegangan yang sudah ± 20.000 Volt masuk ke rotor, dan rotor
membagikan ke setiap busi menurut FO, dan busi dapat massa, dan busi langsung
memercikkan bunga api.
CARA KERJA PENGAPIAN MESIN KONVENSIONAL (Breaker Point)
atau gambar sederhananya sebagai berikut :
Gbr: WIRING SISTEM
PENGAPIAN KONVENSIONAL (BREAKER POINT)
Cara kerja:
· Pada saat posisi kunci kontak ON, arus mengalir dari positif baterai dan menuju FL (fuseble link), menuju kunci kontak/switch, dari kunci kontak menuju FUSE lalu masuk ke (+) koil, lalu dari (+) koil menuju ke lilitan primer, dan arus akan keluar dari (-) koil, kemudian dari (-) koil akan arus akan terbagi menjadi 2 :
Yang pertama, arus akan mengalir ke kapasitor dan langsung mendapatkan massa.
Yang kedua, arus masuk ke platina, pada saat platina tertutup, platina mendapatkan massa, dan lilitan primer terjadi kemagnetan.
· Pada saat kunci kontak pada saat ST (stater), motor stater akan langsung mendapatkan arus positif dari baterai dan selanjutnya motor staterpun langsung mendapatkan massa, sehingga motor stater memutarkan pully mesin dan mesin berputar, dan pada saat yang bersamaan poros CAM distributor akan berputar dan platina membuka, maka platina akan melepaskan massa secara tiba-tiba dan terjadi (EMF1 = 300-500 Volt), kemudian tegangan tersebut mencari massa yang baru yaitu massa yang terdapat pada busi. Akibat GGL (Gaya Gerak Listrik), kemudian arus mengalir dari (-) koil menuju lilitan primer pada koil dan menuju (+) koil, dan dari positif koil langsung menuju lilitan sekunder dan terjadilah Electro Motive Force (EMF2 = ± 20.000 Volt) yang keluar dari kabel tegangan tinggi dan masuk ke rotor dan rotor akan membagikan arus ke tiap busi menurut FO pada mesin bensin yaitu 1,3,4,2 dan busi mendapatkan massa, setelah itu barulah busi memercikkan bunga api .
Langganan:
Postingan (Atom)